ad

Warung "EMAK", Warung Bersejarah 6 Presiden RI



GELORANUSA.COM. Ini adalah warung biasa. Tak ada yang luar biasa dari fisik warung ini. Persis seperti warung-warung lain. Bahkan, dari segi bangunan, mungkin lebih buruk. Usia telah ‘memakan’ bangunan warung ini.

Namun, yang luar biasa, bahkan fenomenal adalah kisah yang tersimpan. Kisah sejarah 6 Presiden RI. Warung ini adalah saksi sejarah tentang banyak sejarah penting bangsa ini sejak Presiden Sukarno hingga SBY. Jika ia manusia, mungkin ia telah menulis salah satu buku sejarah terpenting bangsa ini berdasarkan apa yang disaksikannya langsung.

“Warung Emak”, begitu ia biasa disebut. Emak Wati adalah penjaga sekaligus pemilik warung itu, bersama suaminya: Cecep. Ia sudah mulai berjualan di sana sejak 1965. Warung sederhana, hingga dulu sampai kini jualannya tetap saja sederhana: rokok, makanan dan minuman ringan. Letaknya di Jl. Mendut, depan gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), tepatnya di bawah rimbunnya pohon Angsana.

Di depan warungnya, Emak sudah menyaksikan beraneka peristiwa politik penting dari zaman Soekarno sampai SBY. Para pelanggannya adalah para aktivis atau para wartawan ibukota yang biasa mangkal di situ. Bahkan, mereka bukan hanya berlangganan kopi dan rokok, juga informasi-informasi bahgi wartawan maupun aktivis yang membutuhkan kesaksian langsung Emak. “Tuh anak-anak pada ke Pecentongan ada kompi pers (maksudnya ke Jl Pecenongan ada konferensi pers),” katanya dengan penuh semangat sehingga sering salah sebut nama tempat dan acaranya seperti dikisahkannya pada Detik.com.

Umur Emak sekarang diperkirakan sudah 65 tahun, meski ia tak tahu persis kapan tahun kelahirannya. Yang ia ingat hanya bahwa umurnya baru 19 tahun saat dibawa dari kampungnya di Haurgeulis, Indramayu. Emak jualah sumber informasi bagi wartawan yang lagi kehabisan berita.

Warung Emak sangat strategis secara politik. Emak bertetangga dengan YLBHI, terus masuk ke Jl Mendut ada kantor Kontras dan rumah mendiang Ali Sadikin. Di ujung Jl Diponegoro ada Kampus UI Salemba, UKI dan beraneka kampus yang rajin berunjuk rasa. Ke arah Menteng ada sejumlah kantor pusat partai politik seperti PPP, Hanura, sampai kantor KPU. Hanya dalam radius 1 km ada kediaman mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan rumah dinas Wapres Boediono saat itu.

Oleh karena itu, beraneka peristiwa politik berseliweran di depan matanya. Emak menyaksikan saat Hariman Siregar dikejar-kejar aparat saat peristiwa Malari 1974. Emak ‘pun melihat intelejen Orde Baru bersenjata mondar-mandir mengawasi LBH Jakarta saat lembaga itu menangani kasus Tanjung Priok 1984. Emak merasakan ketegangan saat markas PDI diserbu dalam peristiwa 27 Juli 1997. Perempuan tua ini pun sempat takut warungnya ikut rusak saat ada penyerangan ke YLBHI dan Kontras. “Tapi intel tidak banyak seperti sekarang. Kalau dulu paling 4 orang ngawasin sambil membawa pistol,” kenang perempuan bertubuh subur yang gemar bercanda ini.

Saat meletus peristiwa Malari tahun 1970-an, Kedubes Jerman Timur dikosongkan. Rumah itu dibeli Gubernur Ali Sadikin dan dijadikan Kantor LBH Jakarta. Warung mereka sempat pindah ke dalam gedung dan Cecep berjaga di kantor itu selama 20 tahun.

Ketika kegiatan LBH Jakarta (YLBHI) makin padat saat menangani kasus Tanjung Priok, mereka pindah keluar. Pada dekade 1990-an, banyak pedagang lain ikut berjualan di Jl Diponegoro, Jl Mendut dan Jl Borobudur. Selama mereka berdagang, tidak pernah ada pungutan iuran. “Pak Buyung (Adnan Buyung Nasution) dulu sempat bilang, kalau ada yang memungut iuran, tanya yang jelas siapa dari mana RT-nya. Katanya asal jelas, nggak apa-apa. Tapi sampai sekarang belum pernah ada,” kata Cecep.

Namun keadaan sekarang berubah. Para pedagang ditata rapi, khususnya yang berada di sekitar kantor LBH Jakarta. Warung Nasi Goreng Slamet, Ketoprak dan Pecel Tarjo, Nasi Rames dan Sop Kambing Yadi dan Es Mbak Sum berada di dalam lingkungan LBH. Hanya Warung Emak yang menolak tinggal di dalam halaman gedung itu. “Wah enggak enak, mending di sini saja,” ucapnya. Apa tidak takut digusur Satpol PP? “Ya kalau digusur baru pindah,” celetuk Emak sambil tertawa.

(Sumber: Detik.com/Gambar: Detik.com)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Warung "EMAK", Warung Bersejarah 6 Presiden RI"

Posting Komentar